TEORI ORGANISASI UMUM 2
Dosen : Sri Nawangsari SE, MM
Disusun Oleh :
Rachma Putri Widhowati
18114674
2KA21
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Sistem Informasi
PTA 2015/2016
I.
KEPEMIMPINAN
A.
Teori dan Arti Penting Kepemimpinan
Kepemimpinan
dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan antara atu
dengan yang lainnya. Istilah kepemimpinan sesungguhnya telah lama menjadi bahan
perbincangan oleh banyak orang ilmuam dan praktisi. Kepemimpinan acapkali
diasosiasikan dengan orang-orang yang dinamis dan kuat yang memimpin bala
tentara, mrngendalikan perusahaan besar, atau menentukan arah suatu bangsa dan
masyarakat.
Untuk menunjukan berapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia
membutuhkannya, sampai ada pendapat yang keras mengatakan bahwa dunia atau umat
ymanusia di dunia ini pada hakekatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang
saja, yakni berstatus sebagai pemimpin. Dalam organisasi kepemimpinan sangat
dibutuhkan untuk memeberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa Pemimpin atau bimbingan,
hubungan antara tujuan perserangan atau tujuan organisasi mungkin menjadi
renggang.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi
contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan
praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi.
Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk
memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan
dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin
dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin
dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.
Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab
seseorang menjadi pemimpin, antara lain :
1.
Seseorang
ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui
usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
2.
Seseorang menjadi
pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan
melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
3.
Untuk mengenai
persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan,
lingkungan dan kemampuan.
Teori-teori
dalam Kepemimpinan.
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut
Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa
kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
– kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan
(antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara
sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap
sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral
dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri
atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang
menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
·
Perilaku seorang
pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu
terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
·
Berorientasi
kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan
ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
(JAF.Stoner, 1978:442-443)
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
·
Jenis pekerjaan
dan kompleksitas tugas;
·
Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan;
·
Persepsi, sikap
dan gaya kepemimpinan;
·
Norma yang dianut
kelompok;
·
Rentang kendali;
·
Ancaman dari luar
organisasi;
·
Tingkat stress;
·
Iklim yang
terdapat dalam organisasi
B.
Topologi
Kepemimpinan
Tipologi kepemimpinan disusun dengan titik tolak
interaksi personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi
ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara
lain:
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah
pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya,
Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu
bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan
seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis
ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan
bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas
yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan,
Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong
sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai
berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum
berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.
Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat
besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat
besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa
mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang
sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya
dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra
natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar
Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang
pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih
menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat
digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan
telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat
untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik
tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia,
selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran,
pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan
yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi
lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
C.
Faktor yang
Mempengaruhi Kepemimpinan
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi
orang atau kelompok menuju tujuan tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh
beberapa factor. Factor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan
kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpina kita
laksanakan.
Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan
hak untuk mendapatkan fasilitas, uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek
kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai
pelayanan kesejahteraan orang yang dipimpinnya. Factor-faktor yang berasal dari
kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang
kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita
menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.
D.
Implikasi
Manajerial Kepemimpinan dalam Organisasi
Sebab yang terjadi bila implikasi manajerial
kepemimpinan dalam organisasi adalah akan menciptakan kepemimpinan yang baik
karna adanya proses manajemen yang direncakan, karena induk dari sebuah
perusahaan adalah pemimpin jadi bila pemimpin nya berkualitas maka perusahaan
tersebut akan menjukukan kualitasnya.
II.
DESAIN DAN
STRUKTUR ORGANISASI
A.
Dimensi Struktur
Organisasi
Empat
desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian
departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para
peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai
hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya.
Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan
kerumitan.
1. Formalisasi
Formalisasi, yaitu organisasi yang menyandarkan
dirinya pada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para
pegawainya. Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai cara dan
tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu organisasi yang
sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam setiap kegiatan
/ pekerjaan di dalam organisasi. Dengan demikian, semakin formal suatu
organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan prosedur kerja. Formalisasi
merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian kewenangan
yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya rentang
kendali.
Ciri-cirinya
:
·
Bersifat eksternal
bagi pegawai ->peraturan, prosedur,
dan aturan ditetapkan secara terinci,
dikodifikasi, & dilaksanakan melalui pengawasan langsung.
·
Perilaku yang
diinternalkan, melalui nilai, norma, pola perilaku yang diharapkan bagi
pekerjaan & organisasi. Misalnya: melalui pelatihan & budaya organisasi
2. Sentralisasi
Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi
yang mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai
oleh manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan
adalah sebagai berikut : Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar
sentralisasi, Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar
sentralisasi, Semakin besar penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin
besar sentralisasi, Semakin luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi.
Hambatannya
:
·
Hanya
memperhatikan struktur formal.
·
Memperhatikan
kebebasan dalam pengambilan keputusan
·
Konsentrasi pada
seseorang, unit atau tingkat.
·
Kontrol dari top
manajemen, tetapi keputusan tetap terletak pada anggota tingkat rendah.
Keuntungannya :
·
Keputusan
komprehensif yang akan diambil.
·
Penghematan dan
lebih efektif
3. Kerumitan
Kerumitan (complexity), mempertimbangkan tingkat
diferensiasi yang ada adalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat
spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki
organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara
geografis. Kompleksitas merupakan suatu struktur organisasi yang mengacu pada
jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi. Semakin tinggi kompleksitas,
maka perhatian terhadap masalah-masalah komunikasi, koordinasi dan control
semakin besar.
B.
Departementalisasi
1. Pengertian Departementalisasi
Departementalisasi adalah proses penentuan cara
bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi
sebagai berikut :
-
Fungsi
-
Produk atau jasa
-
Wilayah
-
Langganan
-
Proses atau
peralatan
-
Waktu
-
Pelayanan
-
Alpa – numeral
-
Proyek atau
matriks
2. Departementalisasi Fungsional
Departentalisasi fungsional
mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk
membentuk suatu satuan organisasi.
Organisasi fungsional ini barangkali
merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. kebaikan
utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan
kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi,
memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak
lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
Pendekatan fungsional mempunyai
berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar
fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan
pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan
lebih sempit serta kurang inofatif.
3. Departementalisasi Divisional
Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian
divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses
atau peralatan. Struktur organisasi divisional atas dasar produk. Setiap
departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang
berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logika yang
dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan
metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam
organisasi.
Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi
daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan
menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi
menjalankan usahanya.
Kelebihan
struktur organisasi divisional dapat diperinci sebagai berikut:
·
Meletakkan
koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian
tanggapan yang cepat.
·
Menempatkan
pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang
khas.
·
Tempat latihan
yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahan-kelemahan
sturktur divisional secara lebih terperinci :
·
Masalah duplikasi
sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
·
Dapat menimbulkan
tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
Perusahaan yang melekukan departentalisasi diuntungkan
dengan pembagian control dan koordinasi pada perusahaan tersebut. Wilayah
kekuasaan dan tanggung jawab dipersempit sehingga untuk memimpinnya menjadi
lebih mudah.
Departementalisasi
sendiri dibagi atas beberapa macam yaitu :
1)
Departementalisasi
berdasarkan pelanggan
Maksudnya perusahaan akan
melakukan pembagian penjualan produk ke pelanggan,biasanya ada yang bagian
produk laki-laki ataupun perempuan atau tua dan muda. Contohnya adalah
pembagian penjualan produk Rexona ada pembagian untuk produk remaja, laki-laki
, perempuan ataupun yang xtra berkeringat. Dengan dilakukannya pembagian ini
penjualan akan lebih tepat sasaran dan efisien
2)
Departementalisasi
berdasarkan produk
Maksudnya perusahaan akan
mengelompokan departemen sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan
misalkannya pembagian departeman barang untuk mengurusi produksi produk berupa
barang dan departemen jasa untuk menangani produk yang berupa jasa.
Keuntungan utama dari
jenis penegelompokkan ini adalah meningkatnya akuntabilitas terhadap kinerja
produk. Karena semua pekerjaan dengan sebuah produk tertentu berada dibawah
kendali seorang manajer tunggal.
3)
Departementalisasi
berdasarkan proses
Maksudnya pembagian
departemen berdasrkan proses pengkerjaannya, misalnya pada perusahaan meubel
dibagi atas divisi untuk pengolahan kayu mentah, divisi pembuatan kursi atau
meubel kemudian divisi pengecatan.
Karena tiap proses
membutuhkan keterampilan yang berbeda, metode ini dapat menjadi dasar
pengategorisasian kegiatan yang homogen.
4)
Departementalisasi
berdasarkan geografis
Maksudnya pembagian
departeman berdasarkan lokasi penjualan produk misalnya departemen yang
mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan maupun di Sumatara.
Jika pelanggan suatu
organisasi tersebar ke wilayah geografis yang luas dan memiliki kebutuhan yang
sama berdasarkan lokasi mereka, bentuk departementalisasi semacam ini akan
bermanfaat.
5)
Departementalisasi
berdasarkan fungsi
Maksudnya pembagian
departemann berdasarkan aktifitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,
misalnya departemen produksi, departemen penjualan, departemen pemasaran dan
lain-lain.
Keuntungan utama dari
jenis pengelompokan ini adalah meningkatnya efisiensi dengan menempatkan
spesialis secara bersama-sama. Departementalisasi fungsi menempatkan individu
yang memiliki keterampilan dan orientasi yang sama kepada unit-unit yang sama.
C.
Model Desain
Organisasi
Desain organisasi dikaitkan dengan
pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang
mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan
desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja
termasuk proses yang melingkarinya. Desain organisasi telah menjadi inti kerja
manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen.
Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi
tersebut. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain
organisasi, diantaranya adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri,
karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, dan
keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan
lingkungan.
Model organisasi yang dapat saya
jelaskan adalah berdasarkan atas desain organisasi menurut (Gibson, et all,
1994) ada 2 macam model organisasi yaitu organisasi mekanistik dan organisasi
organik.
Berikut
adalah jenis desain organisasi :
1. Model organisasi mekanistik.
Yaitu model yang
menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat tinggi. Henry
Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi pimpinan untuk
mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan pemahaman model
mekanistik yaitu:
• Prinsip Spesialisasi, yaitu merupakan sarana terbaik untuk
mendayagunakan tenaga individu dan kelompok.
• Prinsip Kesatuan Arah, yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan
berdasarkan keahlian.
• Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab, yaitu manager harus mendapat
pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
• Prinsip Rantai Skalar, yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga
prinsip sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang
paling tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur
keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi. model mekanistik
mencapai tingkat produksi dan efisiensi yang tinggi dengan karakteristik :
Sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi tenaga kerja. Sangat
tersentralisasi karena menekankan pada wewenang dan tanggung gugat (accountability).Sangat
formal karena menekankan pada fungsi sebagai dasar departemen.
2. Model organik.
Yaitu menekankan pada
pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain
organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang
disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi. Model organik desain organisasi
merupakan kontars dari model mekanistik. Karakteristik dan praktek organisasi
yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakteristik dan praktek
yang mendasari model mekanistik.
Perbedaan yang paling mencolok antara kedua
model itu berasal dari criteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan
sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk
mencapai efisiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha
untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik
bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan
karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi
manusia.
D.
Implikasi
Manajerial Desain Dan Struktur Organisasi
Pegawai atau karyawan dalam suatu perusahaan terhubung
dalam suatu kesatuan struktur yang menyatu dengan tujuan agar pekerjaan yang
ada dapat terselesaikan dengan lebih baik dibandingkan tanpa adanya pembagian
bagian tugas kerja. Untuk melakukan pengumpulan orang-orang dalam suatu unit,
divisi, bagian ataupun departemen dengan tugas pekerjan yang berkaitan diadakan
kegiaitan departementalization atau departementalisasi. posisi adalah kualitas
maka setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu organisasi
akan menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut. itulah
alasan mengapa diperlukan implikasi manajerial desan dan struktur organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar